Rabu, Februari 19, 2014

Penyadapan Lagi:Kemandirian(Teknologi) Untuk Pencegahan

Lagi lagi kita harus bersitegang urat leher dengan satu2nya tetangga bule terdekat kita,perkara apakah gerangan?bisa karena lintas batas oleh kapal perang tetangga tersebut,imigran gelap, dan yang terbaru jilid 2 adalah penyadapan(lagi).Hmmmmm,betapa besar juga peran si Edward Snowden ini dalam mengatur dan membuat satu negara dengan negara lain jadi bersitegang,mengaduk-aduk hubungan antar negara yang sebelumnya baik2 saja,yang lucunya selama itu negara yang disadap  tersebut tidak pernah menyadari kalau dirinya sedang disadap oleh negara lain sampai  si Edward Snowden ataupun Wikileaks mengungkapkannya .....kepercayaan yang berlebihan atau kebodohan yang tidak disadari?
Kalau kita hubungkan dengan judul diatas kita hampir tidak bisa mengelak dengan urusan sadap menyadap ini,karena urusan penyadapan ini tidak bisa dilepaskan dengan hi-tech atau teknologi tinggi,nah disinilah titik simpulnya,coba kita iseng2 saja merunut alat-alat yang ada di sekitar kita mulai alat yang paling sederhana sampai alat canggih seperti komputer dan alat komunikasi genggam seperti ponsel dan semacamnya,bisa dikatakan kita membelinya bulat-bulat dari luar,satu bijipun komponen atau modul peralatan tersebut bertuliskan made in Indonesia,belum lagi kita berbicara masalah alat pertahanan negara yang urusannya bisa lebih rumit lagi karena akan berhubungan erat dengan kelangsungan sebuah negara.


Sinyal itu seperti hantu,ada tapi tidak terlihat,kita tak pernah ingin tahu apa didalam perangkat kita ada tertanam circuit atau software yang berkomunikasi lewat pintu belakang,artinya kita berkomunikasi dengan seseorang yang kita kenal tapi ada orang lain yang tidak kita kenal ikut mendengarkan pembicaraan kita,belum lagi urusan komunikasi rahasia negara yang kelasnya high risk dan rahasia tingkat tinggi.Hmmm bisa runyam juga kalau yang disadap urusan sengketa dengan negara lain berkenaan  dengan urusan ekonomi ,politik serta militer.Ibarat main catur semua langkah-langkah yang akan kita lakukan sudah terbaca dan diantisipasi lawan main kita.
Demikian untuk negara tercinta Wassalam.

Minggu, Februari 16, 2014

Tenaga Kerja (Guru) Bersertifikasi atau Mengangkat Guru Senior Honorer (Sebuah Alternatif)

Kekecewaan masih tergambar jelas di wajah sahabat saya setelah mengetahui kalau dia ternyata tidak lulus tes penerimaan CPNS K2,sekaligus tersirat jelas gambaran keputus-asaan bakal apa yang akan dilakukan berikutnya,karena untuk meneruskan untuk menjadi pegawai/guru honorer sudah tidak menjanjikan apapun baginya dan juga keluarganya,setelah hampir sepuluh tahun mengabdi dengan harapan suatu hari impian untuk menjadi pegawai negeri bisa terwujud,selain itu terbayang juga di raut wajah yang kusut betapa sedihnya rasanya kalau dia harus berpisah dengan wajah lugu murid  muridnya yang selama bertahun-tahun menjadi asuhannya.Ah,seperti berdiri di persimpangan jalan yang dia tidak tahu harus memilih jalan mana yang akan ditempuhnya,pilihan yang sulit.Tapi juga kalau terus menjalani pekerjaannya yang sudah seperti pepesan kosong saja rasanya.
Saya yakin ada ratusan ribu kisah diatas menimpa tenaga honorer semacam sahabat saya ini.
Kalau saya boleh berpendapat seperti ini,
Dari pada memberikan tunjangan guru sertifikasi yang mencapai 100 persen gaji normalnya, dengan kinerja produktivitas normal dan flat saja, akan ada baiknya mengangkat tenaga guru honorer dengan mengambil berapa persen dari jumlah tunjangan yang harus diterima oleh guru besertifikasi,tapi tidak sama sistem penerimaan saat pensiunnya nanti,itu saja yang membedakan.Dari segi cost ini tidak akan memberatkan keuangan negara dalam skala besar karena negara tidak harus membayar pensiun untuk pegawai ini.Bila hitungan ekonomi terpenuhi maka hitungan politis akan mudah ditebak yaitu bagi partai yang berkuasa kalau di-create akan menuai suara 25-30% suara berbasis pegawai negeri sebagai rasa terima kasih,suatu jumlah yang tidak sedikit,karena tenaga kerja honorer kebanyakan telah berkeluarga,
Dengan ilustrasi sebagai berikut:
 Ilustrasi diatas gambaran jumlah efektif tenaga kerja untuk mengerjakan satu tugas dengan selisih gaji tidak terpaut jauh,diferensiasi hanya dengan membedakan masa kerja.
Ilustrasi yang kedua menggambarkan seorang tenaga kerja yang mengerjakan satu tugas seorang diri
bisa saja dia seorang yang telah lama bekerja atau bertugas dengan produktivitas yang masih bersifat tanda tanya.
Kedua ilustrasi diatas cocok untuk tenaga guru semisal disatu sekolah memiliki beberapa tenaga guru yang mengajar mata pelajaran yang sama yang tentu saja jauh akan lebih baik dibanding satu tenaga guru dalam satu sekolah tapi mengajar beberapa macam mata pelajaran dengan produktivitas  rendah.
Sekali lagi ini hanya sebuah masukan demi kemajuan negaraku tercinta.