Kekecewaan masih tergambar jelas di wajah sahabat saya setelah mengetahui kalau dia ternyata tidak lulus tes penerimaan CPNS K2,sekaligus tersirat jelas gambaran keputus-asaan bakal apa yang akan dilakukan berikutnya,karena untuk meneruskan untuk menjadi pegawai/guru honorer sudah tidak menjanjikan apapun baginya dan juga keluarganya,setelah hampir sepuluh tahun mengabdi dengan harapan suatu hari impian untuk menjadi pegawai negeri bisa terwujud,selain itu terbayang juga di raut wajah yang kusut betapa sedihnya rasanya kalau dia harus berpisah dengan wajah lugu murid muridnya yang selama bertahun-tahun menjadi asuhannya.Ah,seperti berdiri di persimpangan jalan yang dia tidak tahu harus memilih jalan mana yang akan ditempuhnya,pilihan yang sulit.Tapi juga kalau terus menjalani pekerjaannya yang sudah seperti pepesan kosong saja rasanya.
Saya yakin ada ratusan ribu kisah diatas menimpa tenaga honorer semacam sahabat saya ini.
Kalau saya boleh berpendapat seperti ini,
Dari pada memberikan tunjangan guru sertifikasi yang mencapai 100 persen gaji normalnya, dengan kinerja produktivitas normal dan flat saja, akan ada baiknya mengangkat tenaga guru honorer dengan mengambil berapa persen dari jumlah tunjangan yang harus diterima oleh guru besertifikasi,tapi tidak sama sistem penerimaan saat pensiunnya nanti,itu saja yang membedakan.Dari segi cost ini tidak akan memberatkan keuangan negara dalam skala besar karena negara tidak harus membayar pensiun untuk pegawai ini.Bila hitungan ekonomi terpenuhi maka hitungan politis akan mudah ditebak yaitu bagi partai yang berkuasa kalau di-create akan menuai suara 25-30% suara berbasis pegawai negeri sebagai rasa terima kasih,suatu jumlah yang tidak sedikit,karena tenaga kerja honorer kebanyakan telah berkeluarga,
Dengan ilustrasi sebagai berikut:
Ilustrasi diatas gambaran jumlah efektif tenaga kerja untuk mengerjakan satu tugas dengan selisih gaji tidak terpaut jauh,diferensiasi hanya dengan membedakan masa kerja.
Ilustrasi yang kedua menggambarkan seorang tenaga kerja yang mengerjakan satu tugas seorang diri
bisa saja dia seorang yang telah lama bekerja atau bertugas dengan produktivitas yang masih bersifat tanda tanya.
Kedua ilustrasi diatas cocok untuk tenaga guru semisal disatu sekolah memiliki beberapa tenaga guru yang mengajar mata pelajaran yang sama yang tentu saja jauh akan lebih baik dibanding satu tenaga guru dalam satu sekolah tapi mengajar beberapa macam mata pelajaran dengan produktivitas rendah.
Sekali lagi ini hanya sebuah masukan demi kemajuan negaraku tercinta.
Saya yakin ada ratusan ribu kisah diatas menimpa tenaga honorer semacam sahabat saya ini.
Kalau saya boleh berpendapat seperti ini,
Dari pada memberikan tunjangan guru sertifikasi yang mencapai 100 persen gaji normalnya, dengan kinerja produktivitas normal dan flat saja, akan ada baiknya mengangkat tenaga guru honorer dengan mengambil berapa persen dari jumlah tunjangan yang harus diterima oleh guru besertifikasi,tapi tidak sama sistem penerimaan saat pensiunnya nanti,itu saja yang membedakan.Dari segi cost ini tidak akan memberatkan keuangan negara dalam skala besar karena negara tidak harus membayar pensiun untuk pegawai ini.Bila hitungan ekonomi terpenuhi maka hitungan politis akan mudah ditebak yaitu bagi partai yang berkuasa kalau di-create akan menuai suara 25-30% suara berbasis pegawai negeri sebagai rasa terima kasih,suatu jumlah yang tidak sedikit,karena tenaga kerja honorer kebanyakan telah berkeluarga,
Dengan ilustrasi sebagai berikut:
Ilustrasi diatas gambaran jumlah efektif tenaga kerja untuk mengerjakan satu tugas dengan selisih gaji tidak terpaut jauh,diferensiasi hanya dengan membedakan masa kerja.
Ilustrasi yang kedua menggambarkan seorang tenaga kerja yang mengerjakan satu tugas seorang diri
bisa saja dia seorang yang telah lama bekerja atau bertugas dengan produktivitas yang masih bersifat tanda tanya.
Kedua ilustrasi diatas cocok untuk tenaga guru semisal disatu sekolah memiliki beberapa tenaga guru yang mengajar mata pelajaran yang sama yang tentu saja jauh akan lebih baik dibanding satu tenaga guru dalam satu sekolah tapi mengajar beberapa macam mata pelajaran dengan produktivitas rendah.
Sekali lagi ini hanya sebuah masukan demi kemajuan negaraku tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar